sekilas tentang Dusun Belencong Dusun belencong adalah kampung halamanku, yang terletak di sebuah pundokan (dataran) di selatan gunung-sari dan utara rembiga, belencong sebuah dusun yg mempunyai 1 sekolah pondok pesantren madrasah Raudlathussibyan NW dan mempunyai pemandangan alam yg sangat indah dan masyarakatnya pun sangat ramah dan sering saling tolong menolong antar sesama, nah ye doang wah juluk nggiih... Di bawah ini adalah pengajian yg saya dapatkan di masjid gunung-sari oleh TGH Munajib Kholid sesela, setiap kali saya menghadiri pengajian saya akan mempostingnya disini walaupun terkadang sy copas dari blog lain tapi intinya sama yg saya dapatkan di pengajian.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Terimakasih telah berkunjung di blog saya yang sederhana ini, semoga bermanfaat bagi kita semua
pertama2 marilah kita mengucapkan puja dan puji syukur kepada ALLAH SWT yang telah memberikan kita kesehatan sampai hari ini, Shalawat dan salam marilah kita sanjungkan kepada junjungan Nabi kita Muhammad saw dan keluarga, sahabat-sahabat serta para pengikutnya, kita bersyukur menjadi ummat nabi Muhammad saw yang banyak di beri kelebihan-kelebihan yang tidak diberikan kepada umat para Rasul2 dan Nabi2 terdahulu daripada Baginda. Marilah kita menjadi muslimin/muslimah sejati sesuai dengan tuntutan agama yang sebenarnya. Marilah kita mengikuti ajaran Rasulullah sepenuh2nya janganlah kita sia2kan

berita terbaru

KUBURAN SEDANG MENUNGGU KITA

Dikatakan oleh para arif billah; Bahwa sesungguhnya setiap kali ada manusia yang lahir, maka itulah awal dari kematiannya. Se-dangkan setiap kali di antara mereka ada yang mati, maka itulah pula awal kehidupan yang sesungguhnya. Kehidupan yang kekal, yang bermula dari suatu tempat yang sempit dan gelap gulita di salah satu sisi bumi yang disebut sebagai kuburan. Akan tetapi sayangnya banyak di antara mereka yang dilalaikan oleh dunia dan tidak pernah ingat bahwa dirinya akan masuk dan dimasukkan ke dalam kuburan tersebut. Tempat dimana ia akan diuji coba apakah ia-nya termasuk orang yang selamat atau tidak.



Diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal; At-Tirmidzi diceritakan bahwa: Hani' salah seorang pembantu Sayyidina Utsman bin Affan r.a menuturkan: “Jika Utsman berdiri di samping kuburan, maka beliau menangis hingga basah jenggotnya. Saya berkata kepada beliau: “Wahai amirul mukminin, jika engkau mengingat surga ataupun neraka engkau tidak pernah menangis. Lalu mengapa engkau menangis karena kuburan ini.” Lalu beliau menjawab: “Sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda : "Kuburan adalah awal kehidupan akhirat. Jika seseorang selamat daripadanya, maka selanjutnya pasti menjadi lebih mudah. Dan jika ia tidak selamat daripadanya, maka setelahnya akan lebih mengerikan." Setelah itu Sayyidina Utsman berkata lagi bahwa: “Rasulullah SAW juga bersabda: “Aku tidak melihat suatu pemandangan yang lebih mengerikan melainkan kuburan lebih mengerikan daripadanya."

Dalam riwayat lain diceritakan pula bahwa Khalifah Umar bin Abdul Aziz r.a yang juga disebut-sebut sebagai “khulafaur-rasyidin yang ke 5” dalam sejarah Islam, suatu hari telah menasihati para sahabatnya dengan berkata :



“Wahai para sahabatku, jika suatu waktu kalian melewati kuburan, lihatlah betapa berdempetnya rumah-rumah para penghuninya. Kemudian panggillah mereka yang ada di dalamnya jika engkau bisa memanggil.



Tanyakanlah kepada orang-orang kaya yang telah berdiam di sana, apakah masih tersisa kekayaan mereka. Dan kepada orang-orang miskin di antara mereka, tanyakan pula apakah masih tersisa kemiskinan mereka?



Tanyakan pula tentang lisan-lisan yang dengannya mereka berbicara, sepasang mata yang dengannya mereka melihat indahnya pemandangan. Juga keadaan tentang kelembutan dan kehalusan kulit tubuh mereka; tentang wajah-wajah mereka yang cantik jelita. Dan apakah yang telah diperbuat oleh ulat-ulat yang ada di dalam dan di balik kain kafan mereka.



Tanyakan pula tentang pelayan-pelayan mereka yang setia serta diimanakah tumpukan harta dan sederetan pangkat yang mereka miliki. Dimanakah rumah-rumah mewah mereka yang menjulang tinggi. Dimanakah kebun-kebun mereka yang rindang dan subur. Dimanakah pakaian-pakaian mereka yang indah-indah yang harganya mahal-mahal. Dimanakah kendaraan-kendaraan mewah kesukaan mereka. Dimanakah kolam renang dan telaga pribadi mereka. Bukankah mereka kini berada di tempat yang sangat sunyi? Bukankah siang dan malam bagi mereka sama saja? Bukankah mereka berada dalam kegelapan? Bahkan mereka telah terputus dengan amal mereka. Berpisah dengan orang-orang yang mereka cintai, harta dan segenap keluarganya. Karena itu wahai sahabat, sebagai orang yang tak lama lagi akan menyusul mereka masuk ke dalam kuburan! Kenapa engkau terpedaya dengan dunia?



Cobalah renungkan setiap saat tentang orang-orang yang telah pergi meninggalkan kita. Sungguh mereka amat berharap untuk bisa kembali ke dunia. Agar bisa menghimpun amal sebanyak-banyaknya. Tetapi, itu semua tidak mungkin terjadi karena mereka telah dikuburkan.”



Dalam kisah yang lain pula diriwayatkan, bahwa apabila teringat pada keadaan-keadaan kuburan yang tak menyenangkan tersebut, maka seorang hamba Allah yang ta’at yang bernama Syaikh Yazid Ar-Riqasyi rahimahullah meratap dan berkata kepada dirinya:



“Celakalah engkau wahai Yazid!. Siapakah yang akan mendirikan shalat untukmu setelah engkau mati?. Siapakah yang akan berpuasa untukmu setelah engkau mati? Siapakah yang akan memintakan maaf untukmu setelah engkau mati.Lalu siapakah yang akan menyelamatkan engkau dari azab kubur yang sangat mengerikan itu.” Dan setelah itu beliau menangis sejadi-jadinya dan berusaha dengan sungguh-sungguh memelihara amal ibadahnya, lantaran mengenangkan betapa pedihnya kematian dan azab kubur yang akan dihadapinya.



Sementara itu seorang hamba Allah lainnya yang bernama Syaikh Ar-Rabi' bin Khutsaim rhmlh telah menggali dan membuat liang kubur di rumahnya, dan jika ia rasakan hatinya menjadi keras dan merasa malas untuk beribadah, maka beliaupun masuk ke dalam lahat yang telah digalinya tersebut sambil membayangkan bahwa dirinya telah mati. Kemudian di dalam lahat tersebut dengan perasaan penuh sesal beliau bacakan berulang kali firman Allah SWT:

“Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu, hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka (kemudian dikuburkan) diapun berkata: “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku ke dunia; agar aku dapat berbuat amal yang saleh terhadap apa yang telah aku tinggalkan….” (Q.S.Al-Mu’minuun: 99-100)



Setelah itu iapun menjawab sendiri:



“Wahai Ar-Rabi’ kini engkau akan dikembalikan ke dunia, oleh sebab itu hendaklah pada hari-hari yang akan kau lalui senantiasa berada dalam keadaan beribadah dan bertakwa kepada Allah.”



Sekarang stelah menyimak beberapa petikan riwayat yang telah disampaikan di atas, maka mari pula kita bertanya kepada diri sendiri; Pernahkah kita menyadari, bahwa suatu ketika kita juga akan menjadi penghuni kuburan yang sempit dan gelap gulita. Pernahkah bangkit kesadaran kita ketika pada hari-hari yang lalu silih berganti kita antarkan keluarga teman ataupun kerabat kita ke kuburan, bahwa kelak kita juga akan diantar dan ditanam seperti mereka. Diusung dari benderangnya dunia yang fana ini ke dalam gelap gulitanya kuburan. Dibawa dari rumah tempat berkumpul dengan ahli keluarga yang ceria lalu dimasukkan ke dalam kuburan tanpa ada yang ikut serta. Lalu sudahkah sudah siap segala perbekalan kita.



Mudah-mudahan pengajaran yang singkat ini dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allahu Azza Wa Jalla. Dan semoga saja kuburan kita akan menjadi istana yang menyenangkan dengan segala kelezatan dan kenikmatan. Bukan penjara yang menyedihkan dengan segala siksaan dan penderitaan. Sebab sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dari Abdullah bin Umar r.a, bahwa Rasulullah SAW telah berpesan kepada Abu Dzarr Al Giffari r.a:



“Wahai Abu Dzarr, dunia adalah penjara bagi orang muslim; kuburan adalah tempat tinggalnya dan surga adalah tempat kembalinya. Sebaliknya wahai Abu Dzarr. Dunia adalah surga bagi kafir, kuburan adalh tempatnya disiksa dan neraka adalah tempat kembalinya.”



Wallahua’lam



Bagansiapiapi, 3 Rabiul Akhir 1432 H / 9 Maret 2011



KH. BACHTIAR AHMAD

Tidak ada komentar: